Friday, August 29, 2008

Shy Restaurant in Kemang

Memasuki gedung tingkat berkaca yang glamarous dan architectural merupakan pengalaman tersendiri bagi kami. Setiap anak tangga yang dihiasi lilin dengan gelas kaca yang cantik, menghantarkan rombongan kami tiba pada ruang makan dengan ambience yang chic dan elegan. Kami memutuskan untuk fine dine di Shy restaurant, sesudah selesai menyelenggarakan XD-Cam launching di salah satu cafe di bilangan Kemang yang sangat padat malam itu.

Menu set yang telah dipilih oleh Hendry, rekan kerja saya, satu per satu disajikan oleh para pelayan yang dengan sigap dan sopan melayani kami semua makan sampai selesai. Acara makan dimulai pada jam 7pm dan selesai pada jam 11:30pm.

Let's the story begin...

Sambil menunggu menu set dan minuman yang dipesan disiapkan, kami menikmati snacks berupa roti kering dengan beberapa bentuk yang dihidangkan dengan saus putih terdiri dari mayonaise yang dikocok bersama lime juice dan aneka rempah lainnya. Rasanya pas sekali di lidah dan menambah kenikmatan roti yang begitu crispy. Tidak lama kemudian, pelayan menyajikan hidangan 'ekstra' diluar menu set yaitu veal cheek yang dimasak ala rendang. Begitu digigit, terasa lembut sekali di lidah. Sausnya tidak melimpah, namun cukup memberikan rasa gurih untuk sepotong cheek. Sambil mengunyah, saya mencoba tidak memikirkan sosok binatang yang lucu ini.

Hidangan pertama dari menu set adalah terrine of foie gras de canard with jelly of sherry vinegar, caramelized macadamia nuts and apple foam. Hati angsa yang dimasak dengan sherry vinegar ini disiram dengan saus kacang macadamia berwarna cokelat lembut. Cara menyantapnya: celupkan irisan hati angsa ke dalam foam apel yang rasanya manis asam. Nikmat sekali...

Kami segera menyantap bisque de crevettes with prawn ravioli, braised leek and crispy prawn cracker, yaitu sepotong ravioli berisi udang cincang yang disiram saus bawang berwarna orange seperti kari, disajikan dengan keripik udang berbentuk segitiga yang sangat tipis dan renyah. Piring dengan bulatan cekung di tengahnya segera tandas sampai tetes terakhir.

Sea bass with breaded squid filled with oxtail, beurre blanc infused with lemon grass and mousseline of young carrots merupakan menu set ketiga yang tersaji ke meja kami. Sea bass adalah ikan yang hidup di pesisir Atlantik di Amerika Serikat. Daging ikan ini tanpa tulang, sehingga tidak merepotkan ketika disantap. Cuminya terasa kenyal dengan saus wortel yang manis. Secara penampilan, hidangan ini yang paling sensasional diantara lainnya.

Menu set keempat adalah ballotine of organic chicken with red port jus, morels, pommes dauphine with truffle and green pea puree. Daging ayam yang disajikan dengan saus red port dan puree kacang polong tidak terlalu istimewa menurut saya. Red port-nya tidak terlalu memberikan cita rasa pada daging ayamnya. Tetapi sentuhan keindahan yang terdapat pada sajian ini cukup menghibur, sehingga tidak ada yang terbuang percuma malam itu.

Are we done yet? Yes, we're almost finished, but wait a minute. Dessert yang berupa serutan es batu dan disiram dengan cairan yang mirip strawberry syrup tidak ada dalam menu set list kami. Wah, Shy sangat generous malam ini. Sekali lagi kami memperoleh sajian ekstra yang mengejutkan! Hopefully these extra menus won't be charged at all in our bills. Penasaran, saya segera menyuapkan sesendok cairan berwarna merah itu ke dalam mulut dan terasa karakteristik aperitif yang saya kenal menguak memori jaman dahulu di dunia gemerlap. Hehe... Ternyata serutan es batu itu adalah dry gin yang telah diesbatukan, diserut, dan disajikan dalam mangkuk. Surrein, salah satu kolega yang datang dari Australia berkomentar, "buat apa susah payah dibuat es serut kalau akhirnya meleleh juga?"

Akhirnya kami sampai pada menu terakhir yang bernama sable breton with raspberries, mascarpone creme and raspberry sorbet infused with verbena. Berbentuk bundar dengan krim mascarpone berwarna kuning pastel di tengahnya dan dikelilingi raspberries, kue ini tampak cantik dan manis. Dessert ini disajikan bersama sorbet raspberry berwarna orange kemerahan yang terasa sangat asam. Saya sudah tidak sanggup lagi menampung hidangan terakhir ini sehingga sable breton ini masih tersisa di piring. Sungguh mencengangkan, semua hidangan berukuran mini dan hanya beberapa suap saja sudah habis di mulut, ternyata mampu membuat perut kami kekenyangan. Entah kenyang karena terlalu banyak diisi oleh wine, ataukah memang benar-benar kenyang karena makanan berukuran mini ini.

Hampir tengah malam saat kami meninggalkan Shy yang duduk termangu di lantai empat. Gedung tinggi berkaca di segala sisinya itu hampir sunyi diterpa angin malam dan deru suara mobil semakin jarang terdengar. Jalanan sudah lengang saat satu per satu mobil rombongan kami meninggalkan tempat itu. Hmm... Shy... I wonder why the owner of this restaurant picks such a name of it?

Ps: Total kerusakan Rp 17 juta/22 orang (5 dishes set and 4 bottles of wine)

6 comments:

dezig said...

lebih menarik Mie Aceh bang Doel deh :D

Elny said...

Wehehe... gw blm pernah nyoba tuh, Dhan.

Luck said...

Bagh ini bener2 info yang bagus nih wakwakwkakwka , next time kalow deket2 shy restaurant langsung kabur wakwkawkakwakwawkawkawkawk

Elny said...

Ga usah kabur lagee...
belaga ga liat aja. :)

Unknown said...

porsinya bukan porsi g. too small...

Elny said...

Iya lah, percaya percaya gw...
lo mana cukup satu sendok. Wong sepriring aja masih nambah. Hehehe...